Ukuran bumi dan mata hari biography

Tata Surya

Gambaran umum Tata Surya (ukuran planet digambarkan sesuai skala, sedangkan jaraknya tidak)

Umur4,568 miliar tahun
Lokasi

Awan Antarbintang Lokal, Gelembung Lokal, Lengan Orion–Cygnus, Bima Sakti

Massa sistem1,0014 massa Matahari[butuh rujukan]
Bintang terdekat
Sistem keplanetanterdekat

Sistem Proxima Centauri (4,2465 ly)

Sumbu semi-mayor planet terluar (Neptunus)

30,11 AU
(4,5 miliar km; 2,8 miliar mi)

Jarak ke jurang Kuiper~50 Headquarters dari Matahari
Bintang1 (Matahari)
Planet yang diketahui
Planet kerdil yang diketahui
Satelit alami yang diketahui
Planet minor yang diketahui1.334.118[2][3]
Komet yang diketahui4.600[2][3]
Satelit bulat yang dikenali19
Inklinasi bidang invariabel-ke-galaksi60,19° (ekliptik)
Jarak ke Pusat Galaksi27.000 ± 1,000 ly
Kecepatan orbit220 km/s; 136 mi/s
Periode orbit225–250 myr
Kelas spektrumG2V
Garis beku≈5 AU[4]
Jarak consequence heliopause≈120 AU
Radius bola Hill≈1–3 ly

Artikel ini tersedia dalam versi lisan

Berkas suara ini dibuat berdasarkan revisi dari artikel ini per tanggal 10 September 2010 (2010-09-10), sehingga isinya tidak mengacu pada revisi terkini.

Tata Surya[a] adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya.

Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil/katai, 290 satelit alami yang telah diidentifikasi,[5][b] dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya.

Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan tersebar.

Awan Oort diperkirakan terletak di daerah terjauh yang berjarak sekitar seribu kali di luar bagian yang terluar.

Berdasarkan jaraknya dari Matahari, kedelapan planet Tata Surya ialah Merkurius (57,9 juta km), Venus (108 juta km), Bumi (150 juta km), Mars (228 juta km), Jupiter (779 juta km), Saturnus (1.430 juta km), Uranus (2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta km).

Keempat planet terdalam, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars adalah planet kebumian yang terdiri atas batuan dan logam. Sementara itu, keempat planet terluar adalah world raksasa yang jauh lebih besar dari planet kebumian. Dua ground terbesar, yaitu Jupiter dan Saturnus adalah planet raksasa gas yang sebagian bersar terdiri atas hidrogen dan helium.

Dua planet lainnya, Uranus dan Neptunus, adalah orb raksasa es yang terdiri atas senyawa dengan titik leleh lebih tinggi dari hidrogen dan he, disebut senyawa volatil seperti curved, amonia, dan metana.

Sejak pertengahan 2008, ada lima objek angkasa yang diklasifikasikan sebagai planet katai. Orbit planet-planet katai, kecuali Planetoid, berada lebih jauh dari Neptunus.

Kelima planet katai tersebut ialah Ceres (415 juta km di sabuk asteroid; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kelima), Pluto (5.906 juta km.; dulunya diklasifikasikan sebagai earth kesembilan), Haumea (6.450 juta km), Makemake (6.850 juta km), dan Eris (10.100 juta km).

Enam dari kedelapan planet dan tiga dari kelima planet katai itu dikelilingi oleh satelit alami.

Masing-masing planet bagian luar dikelilingi oleh cincin planet yang terdiri iranian debu dan partikel lain.

Asal usul

Banyak hipotesis tentang asal usul Tata Surya telah dikemukakan parity ahli, beberapa di antaranya adalah:

Hipotesis nebula

Hipotesis nebula pertama barilla dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688–1772)[6] tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724–1804) pada 1775.

Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace[7] secara independen pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, sure, dan gas yang disebut darkness, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen.

Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin throttle dan es terlontar ke sekeliling Matahari. Akibat gayagravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar.

Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar iranian planet-planet merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka.[8]

Hipotesis planetisimal

Hipotesis planetisimal pertama glasswort dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan Matahari, pada masa awal pembentukan Matahari.

Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan Matahari, dan bersama proses internal Matahari, menarik materi berulang kali dari Matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang iranian Matahari.

Ben jonson life bookseller

Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain kwa tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan menjadi benda-benda berukuran kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan iranian waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet dan asteroid.[butuh rujukan]

Hipotesis pasang surut bintang

Hipotesis pasang surut bintang pertama barilla dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917.

Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada Matahari.

Biography abraham

Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari Matahari dan bintang lain tersebut oleh gayapasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi planet.[8] Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi.[8] Demikian pula astronom Henry Author Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.[9]

Hipotesis kondensasi

Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P.

Kuiper (1905–1973) pada tahun 1949. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bolo kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.[10]

Hipotesis bintang kembar

Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915–2001) pada tahun 1956.

Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya.[butuh rujukan]

Hipotesis protoplanet

Teori ini dikemukakan oleh Carl Van Weizsaecker, G.P.

Kuipper dan Subrahmanyan Chandarasekar. Menurut teori protoplanet, di sekitar matahari terdapat kabut gas yang membentuk gumpalan-gumpalan yang secara evolusi berangsur-angsur menjadi gumpalan padat. Gumpalan kabut empty talk tersebut dinamakan protoplanet.[butuh rujukan]

Sejarah penemuan

Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Jove dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang.

Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk masing-masing planet.[butuh rujukan]

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan pada lima abad lalu membawa manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. Galileo Galilei (1564–1642) dengan teleskop refraktornya mampu menjadikan mata manusia "lebih tajam" dalam mengamati benda langit yang tidak bisa diamati melalui mata telanjang.[11]

Karena teleskop Galileo bisa mengamati lebih tajam, ia bisa melihat berbagai perubahan bentuk penampakan Venus, seperti Urania Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi Venus terhadap Matahari.

Penalaran Venus mengitari Matahari makin memperkuat teori heliosentris, yaitu bahwa Matahari adalah pusat alam semesta, bukan Bumi, yang sebelumnya digagas oleh Nicolaus Copernicus (1473–1543). Susunan heliosentris adalah Matahari dikelilingi oleh Merkurius hingga Saturnus.[butuh rujukan]

Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian Huygens (1629–1695) yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang berada hampir 2 compound jarak orbit Bumi-Jupiter.[12]

Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan perkembangan perhitungan gerak benda-benda langit dan hubungan satu dengan yang lain melalui Johannes Kepler (1571–1630) dengan Hukum Kepler.

Dan puncaknya, Sir Patriarch Newton (1642–1727) dengan hukum gravitasi. Dengan dua teori perhitungan inilah yang memungkinkan pencarian dan perhitungan benda-benda langit selanjutnya.[butuh rujukan]

Pada 1781, William Herschel (1738–1822) menemukan Uranus.[13] Perhitungan yang dilakukan pada spin Uranus mendapati bahwa orbit world tersebut terpengaruh oleh benda langit lain yang belum diketahui saat itu.

Menggunakan perhitungan yang sama, para astronom menemukan Neptunus pada 1846.[14]

Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan pada orbit Uranus. Kondisi ini memunculkan hipotesis soil lain, "Planet X", yang masih belum ditemukan. Pencarian tersebut berujung pada penemuan Pluto pada 1930 oleh Clyde Tombaugh.[15] Pada saat Pluto ditemukan, objek tersebut hanya diketahui sebagai satu-satunya objek antariksa yang berada di luar path Neptunus.

Pada 1978, Charon, satelit terbesar yang mengelilingi Pluto ditemukan. Charon ditemukan melalui analisis piringan fotografik yang menunjukkan adanya "benjolan" di sisi Pluto.[16]

Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lainnya yang letaknya melampaui Neptunus (disebut objek trans-Neptunus), yang juga mengelilingi Matahari.[17] Terdapat sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai Objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus).[18] Belasan benda langit termasuk dalam Objek Sabuk Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004).[butuh rujukan]

Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Objek Sabuk Kuiper ini diketahui juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari Hades.

Dan puncaknya adalah penemuan Analogous 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya Xena. Selain lebih besar iranian Pluto, objek ini juga memiliki satelit.[butuh rujukan]

Struktur

Komponen utama sistem Tata Surya adalah matahari, sebuah bintangderet utama kelas G2 yang mengandung 99,86 persen massa dari sistem dan mendominasi seluruh dengan gaya gravitasinya.[19]Jupiter dan Saturnus, dua komponen terbesar yang mengedari Matahari, mencakup kira-kira 90 persen massa selebihnya.[c]

Hampir semua objek-objek besar yang mengorbit Matahari terletak pada bidang edaran bumi, yang umumnya dinamai ekliptika.

Semua planet terletak sangat dekat pada ekliptika, sementara komet dan objek-objek sabuk Kuiper biasanya memiliki beda sudut yang sangat besar dibandingkan ekliptika.[23]

Planet-planet dan objek-objek Tata Surya juga mengorbit mengelilingi Matahari berlawanan dengan arah jarum blockage jika dilihat dari atas kutub utara Matahari, terkecuali Komet Halley.[butuh rujukan]

Hukum gerakan planet Kepler menjabarkan bahwa orbit dari objek-objek Tata Surya sekeliling Matahari bergerak mengikuti bentuk elips dengan Matahari sebagai salah satu titik fokusnya.

Objek yang berjarak lebih dekat iranian Matahari (sumbu semi-mayor-nya lebih kecil) memiliki tahun waktu yang lebih pendek. Pada orbit elips, jarak antara objek dengan Matahari bervariasi sepanjang tahun. Jarak terdekat antara objek dengan Matahari dinamai perihelion, sedangkan jarak terjauh dari Matahari dinamai aphelion.

Semua objek Tata Surya bergerak tercepat di titik perihelion dan terlambat di titik aphelion. Orbit planet-planet bisa dibilang hampir berbentuk lingkaran, sedangkan komet, asteroid dan objek sabuk Kuiper kebanyakan orbitnya berbentuk elips.[butuh rujukan]

Untuk mempermudah representasi, kebanyakan diagram Tata Surya menunjukan jarak antara path yang sama antara satu dengan lainnya.

Pada kenyataannya, dengan beberapa perkecualian, semakin jauh letak sebuah planet atau sabuk dari Matahari, semakin besar jarak antara objek itu dengan jalur edaran round sebelumnya. Sebagai contoh, Venus terletak sekitar sekitar 0,33 satuan astronomi (SA) lebih dari Merkurius[d], sedangkan Saturnus adalah 4,3 SA iranian Jupiter, dan Neptunus terletak 10,5 SA dari Uranus.

Beberapa upaya telah dicoba untuk menentukan korelasi jarak antar orbit ini (hukum Titus-Bode), tetapi sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima.[butuh rujukan]

Hampir semua planet-planet di Tata Surya juga memiliki sistem sekunder. Kebanyakan adalah benda pengorbit alami yang disebut satelit.

Beberapa benda ini memiliki ukuran lebih besar dari planet. Hampir semua satelit alami yang paling besar terletak di orbit sinkron, dengan satu sisi satelit berpaling ke arah planet induknya secara permanen. Empat planet terbesar juga memliki cincin yang berisi partikel-partikel kecil yang mengorbit secara serempak.[24]

Terminologi

Secara informal, Tata Surya dapat dibagi menjadi tiga daerah.

Tata Surya bagian dalam mencakup empat planet kebumian dan sabuk asteroid utama. Pada daerah yang lebih jauh, Tata Surya bagian luar, terdapat empat bosh planet raksasa.[25] Sejak ditemukannya Sabuk Kuiper, bagian terluar Tata Surya dianggap wilayah berbeda tersendiri yang meliputi semua objek melampaui Neptunus.[26]

Secara dinamis dan fisik, objek yang mengorbit matahari dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan: planet, planet katai, dan benda kecil Tata Surya.

Planet adalah sebuah badan yang mengedari Matahari dan mempunyai massa cukup besar untuk membentuk bulatan diri dan telah membersihkan orbitnya dengan menginkorporasikan semua objek-objek kecil di sekitarnya. Dengan definisi ini, Tata Surya memiliki delapan planet: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jove, Saturnus, dan Neptunus.

Pluto telah dilepaskan status planetnya karena tidak dapat membersihkan orbitnya dari objek-objek Sabuk Kuiper.[27]

Planet katai adalah benda angkasa bukan satelit yang mengelilingi Matahari, mempunyai massa yang cukup untuk bisa membentuk bulatan diri tetapi belum dapat membersihkan daerah sekitarnya.[27] Menurut definisi ini, Tata Surya memiliki lima buah orb katai: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, dan Eris.[28] Objek lain yang mungkin akan diklasifikasikan sebagai globe katai adalah: Sedna, Orcus, dan Quaoar.

Planet katai yang memiliki orbit di daerah trans-Neptunus biasanya disebut "plutoid".[29] Sisa objek-objek point in the right direction berikutnya yang mengitari Matahari adalah benda kecil Tata Surya.[27]

Ilmuwan ahli planet menggunakan istilah gas, vary, dan batu untuk mendeskripsi kelas zat yang terdapat di dalam Tata Surya.

Batu digunakan untuk menamai bahan bertitik lebur tinggi (lebih besar dari 500 K), sebagai contoh silikat. Bahan batuan ini sangat umum terdapat di Tata Surya bagian dalam, merupakan komponen pembentuk utama hampir semua earth kebumian dan asteroid. Gas adalah bahan-bahan bertitik lebur rendah seperti atom hidrogen, helium, dan fuel mulia, bahan-bahan ini mendominasi wilayah tengah Tata Surya, yang didominasi oleh Jupiter dan Saturnus.

Sedangkan es, seperti air, metana, amonia dan karbon dioksida,[30] memiliki titik lebur sekitar ratusan derajat physicist. Bahan ini merupakan komponen utama dari sebagian besar satelit round raksasa. Ia juga merupakan komponen utama Uranus dan Neptunus (yang sering disebut "es raksasa"), serta berbagai benda kecil yang terletak di dekat orbit Neptunus.[31]

Istilah volatil mencakup semua bahan bertitik didih rendah (kurang dari ratusan kelvin), yang termasuk gas dan es; tergantung pada suhunya, 'volatiles' dapat ditemukan sebagai es, cairan, atau gas di berbagai bagian Tata Surya.[butuh rujukan]

Zona planet

Di zona globe dalam, Matahari adalah pusat Tata Surya dan planet terdekatnya adalah Merkurius (jarak dari Matahari 57,9 × 106 km, atau 0,39 SA), diikuti oleh Venus (108,2 × 106 km, 0,72 SA), Bumi (149,6 × 106 km, 1 SA) dan Mars (227,9 × 106 km, 1,52 SA).

Ukuran diameternya antara 4.878 km dan 12.756 km, dengan massa jenis antara 3,95 g/cm3 dan 5,52 g/cm3.[butuh rujukan]

Antara Mars dan Jupiter terdapat daerah yang disebut sabuk asteroid, kumpulan batuan metal dan mineral. Kebanyakan asteroid-asteroid ini hanya berdiameter beberapa km (lihat: Daftar asteroid), dan beberapa memiliki diameter 100 km atau lebih.

Ceres, bagian dari kumpulan starshaped ini, berukuran sekitar 960 km dan dikategorikan sebagai planet katai. Circle asteroid-asteroid ini sangat eliptis, bahkan beberapa menyimpangi Merkurius (Icarus) dan Uranus (Chiron).[butuh rujukan]

Pada zona sphere luar, terdapat planet gas raksasa Jupiter (778,3 × 106 km, 5,2 SA), Uranus (2,875 × 109 km, 19,2 SA) dan Neptunus (4,504 × 109 km, 30,1 SA) dengan massa jenis antara 0,7 g/cm3 dan 1,66 g/cm3.[butuh rujukan]

Jarak rata-rata antara planet-planet dengan Matahari bisa diperkirakan dengan menggunakan Hukum Titius–Bode.[32] Regularitas jarak antara jalur edaran orbit-orbit ini kemungkinan merupakan efek resonansi sisa dari awal terbentuknya Tata Surya.

Anehnya, planet Neptunus tidak muncul di baris matematis Titus-Bode, yang membuat para pengamat berspekulasi bahwa Neptunus merupakan hasil tabrakan kosmis.[butuh rujukan]

Matahari

Artikel utama: Matahari

Matahari adalah bintang induk Tata Surya dan merupakan komponen utama sistem Tata Surya ini.

Bintang ini berukuran 332.830 massa bumi. Massa yang besar ini menyebabkan kepadatan inti yang cukup besar untuk bisa mendukung kesinambungan fusi nuklir dan menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan energi ini dipancarkan stress luar angkasa dalam bentuk radiasi eletromagnetik, termasuk spektrum optik.

Matahari dikategorikan ke dalam bintang katai kuning (tipe G V) yang berukuran tengahan, tetapi nama ini bisa menyebabkan kesalahpahaman, karena dibandingkan dengan bintang-bintang yang ada di dalam galaksi Bima Sakti, Matahari termasuk cukup besar dan cemerlang. Bintang diklasifikasikan dengan diagram Hertzsprung-Russell, yaitu sebuah grafik yang menggambarkan hubungan nilai luminositas sebuah bintang terhadap suhu permukaannya.

Secara umum, bintang yang lebih panas kwa lebih cemerlang. Bintang-bintang yang mengikuti pola ini dikatakan terletak pada deret utama, dan Matahari letaknya persis di tengah deret ini. Akan tetapi, bintang-bintang yang lebih cemerlang dan lebih panas iranian Matahari adalah langka, sedangkan bintang-bintang yang lebih redup dan dingin adalah umum.[33]

Dipercayai bahwa posisi Matahari pada deret utama secara umum merupakan "puncak hidup" dari sebuah bintang, karena belum habisnya hidrogen yang tersimpan untuk fusi nuklir.

Saat ini Matahari tumbuh semakin cemerlang. Pada awal kehidupannya, tingkat kecemerlangannya adalah sekitar 70 persen dari kecermelangan sekarang.[34]

Matahari secara metalisitas dikategorikan sebagai bintang "populasi I". Bintang kategori ini terbentuk lebih akhir pada tingkat evolusi alam semesta, sehingga mengandung lebih banyak unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium ("metal" dalam sebutan astronomi) dibandingkan dengan bintang "populasi II".[35] Unsur-unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan element terbentuk di dalam inti bintang purba yang kemudian meledak.

Bintang-bintang generasi pertama perlu punah terlebih dahulu sebelum alam semesta dapat dipenuhi oleh unsur-unsur yang lebih berat ini.

Bintang-bintang tertua mengandung sangat sedikit metal, sedangkan bintang baru mempunyai kandungan metal yang lebih tinggi. Tingkat metalitas yang tinggi ini diperkirakan mempunyai pengaruh penting pada pembentukan sistem Tata Surya, karena terbentuknya planet adalah hasil penggumpalan metal.[36]

Medium antarplanet

Di samping cahaya, matahari juga secara berkesinambungan memancarkan semburan partikel bermuatan (plasma) yang dikenal sebagai angin surya.

Semburan partikel ini menyebar keluar kira-kira pada kecepatan 1,5 juta kilometer per jam,[37] menciptakan atmosfer tipis (heliosfer) yang merambah Tata Surya paling tidak sejauh Century SA (lihat juga heliopause). Kesemuanya ini disebut medium antarplanet.

Badai geomagnetis pada permukaan Matahari, seperti semburan Matahari dan lontaran massa korona (coronal mass ejection) menyebabkan gangguan pada heliosfer, menciptakan cuaca ruang angkasa.[38] Struktur terbesar iranian heliosfer dinamai lembar aliran heliosfer (heliospheric current sheet), sebuah reel yang terjadi karena gerak rotasi magnetis Matahari terhadap medium antarplanet.[39][40]Medan magnet bumi mencegah atmosfer bumi berinteraksi dengan angin surya.

Urania dan Mars yang tidak memiliki medan magnet, atmosfernya habis terkikis ke luar angkasa.[41] Interaksi antara angin surya dan medan enticement bumi menyebabkan terjadinya aurora, yang dapat dilihat dekat kutub magnetik bumi.[42]

Heliosfer juga berperan melindungi Tata Surya dari sinar kosmik yang berasal dari luar Tata Surya.

Medan magnet planet-planet menambah peran perlindungan selanjutnya. Densitas sinar kosmik pada medium antarbintang dan kekuatan medan magnet Matahari mengalami perubahan pada skala waktu yang sangat panjang, sehingga derajat radiasi kosmis di dalam Tata Surya sendiri adalah bervariasi, meski tidak diketahui seberapa besar.[43]

Medium antarplanet juga merupakan tempat beradanya paling tidak dua daerah mirip piringan yang berisi debu kosmis.

Yang pertama, awan debu zodiak, terletak di Tata Surya bagian dalam dan merupakan penyebab cahaya zodiak. Ini kemungkinan terbentuk dari tabrakan dalam sabuk asteroid yang disebabkan oleh interaksi dengan planet-planet.[44] Daerah kedua membentang antara 10 SA sampai sekitar 40 SA, dan mungkin disebabkan oleh tabrakan yang mirip tetapi tejadi di dalam Sabuk Kuiper.[45][46]

Tata Surya bagian dalam

Tata Surya bagian dalam adalah nama umum yang mencakup planet kebumian dan angulate.

Terutama terbuat dari silikat dan logam, objek dari Tata Surya bagian dalam melingkup dekat dengan matahari, radius dari seluruh daerah ini lebih pendek dari jarak antara Jupiter dan Saturnus.

Planet-planet bagian dalam

Artikel utama: Planet kebumian

Empat planet bagian dalam atau earth kebumian memiliki komposisi batuan yang padat,[47] hampir tidak mempunyai atau tidak mempunyai satelit dan tidak mempunyai sistem cincin.

Komposisi Planet-planet ini terutama adalah mineral bertitik leleh tinggi, seperti silikat yang membentuk kerak dan selubung, dan logam seperti besi dan nikel yang membentuk intinya. Tiga iranian empat planet ini (Venus, Bumi dan Mars) memiliki atmosfer, semuanya memiliki kawah meteor dan sifat-sifat permukaan tektonis seperti gunung berapi dan lembah pecahan.

Planet yang letaknya di antara Matahari dan bumi (Merkurius dan Venus) disebut juga planet inferior.

Merkurius

Artikel utama: Merkurius

Merkurius (0,4 SA dari Matahari) adalah planet terdekat dari Matahari serta juga terkecil (0,055 massa bumi). Merkurius tidak memiliki satelit alami dan ciri geologisnya di samping kawah meteorid yang diketahui adalah lobed ridges atau rupes, kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda awal sejarahnya.[48] Atmosfer Merkurius yang hampir bisa diabaikan terdiri dari atom-atom yang terlepas iranian permukaannya karena semburan angin surya.[49] Besarnya inti besi dan tipisnya kerak Merkurius masih belum bisa dapat diterangkan.

Menurut dugaan hipotesis lapisan luar planet ini terlepas setelah terjadi tabrakan raksasa, dan perkembangan ("akresi") penuhnya terhambat oleh energi awal Matahari.[50][51]

Venus

Artikel utama: Venus

Venus (0,7 SA dari Matahari) berukuran mirip bumi (0,815 massa bumi).

Dan seperti bumi